Ahad, Februari 12, 2017

Kisah roti hangit dan berok gegar pokok


Seorang anak menceritakan kisah ayahnya

Setelah sepanjang hari ibuku melakukan pelbagai kerja yang meletihkan. Ibuku meletak di hadapan ayahku roti bakar, tetapi roti sudah hangit sepenuhnya.

Ayahku menghulur tangan, mengambil cebisan roti sambil tersenyum manis ke arah ibuku. Kemudian ayahku mengajukan soalan kepadaku, bertanya bagaimana sekolah aku hari itu. Aku sudah lupa apa jawapan aku padanya. Tetapi yang aku terbayang sampai saat ini, bagaimana aku melihat ayahku menyapu roti dengan butter dan jem, lalu memakannya tanpa bersisa.

Saat aku bangun meninggalkan meja makan aku mendengar ibuku memohon maaf kerana roti hangit ketika dia membakarnya. Dan aku tidak akan lupa jawapan ayahku terhadap permohon maaf ibuku.

"Sayang..., jangan risau tentang itu.. Memang terkadang abang teringin makan roti yang dibakar lebih lama sedikit, biar ada rasa hangit sedikit."

Ketika lewat malam, saat aku ingin mencium ayah sambil mengucap selamat malam. Aku bertanya, "Betulkah ayah suka makan roti dibakar sampai hangit."

Ayahku merangkul aku ke dadanya dan berbisik ayat-ayat yang perlu diteliti.

"Anakku, hari ini ibumu telah melakukan kerja-kerja berat dan ibumu sangat letih. Lagi pun.. Roti yang dibakar lebih daripada biasa, hatta rentung sekalipun tidak akan membawa kepada mati.

"Hidup ini memang penuh dengan kekurangan, tidak ada orang yang sempurna tanpa ada aib. Kita perlu belajar membiasakan diri menerima kekurangan pada setengah urusan, kita perlu bersikap terbuka dengan keaiban orang lain.

Ayahku menambah lagi, "Ini antara perkara penting dalam membina hubungan dan akan menjamin hubungan kekal utuh. Jangan sampai roti yang hangit sedikit menjadi punca berkecai hati yang baik. Berilah keuzuran kepada orang lain. Abaikan perkara-perkara remeh."

Ku bertanya, "Kenapa perlu begitu ayah"

Ayahku menjelaskan, "Jika asyik membantah, ia akan akan mematikan kelazatan sesuatu perkara. Sebab itulah pokok yang ditiup angin berterusan akan kehilangan daun dan berguguran buahnya.

"Begitulah perumpamaan seseorang yang selalu terdedah kepada kritikan pedas, dia akan menjadi manusia negatif. Pujilah kebaikan orang sekeliling kamu, langkauilah kesilapan mereka. Percakapan yang cantik umpama anak kunci, ia akan menutup mulut tetapi ia membuka hati."

Ku berkata, "Jadi orang yang suka tuduh dan fitnah orang tu serupa beruk yang suka gegar pokok hingga daun habis la ...."

Ayahku lintas jawab, "Pandai kamu nak, Selalu orang begitu menghasut dengan mengatakan masakan pokok bergoyang jika tidak ada angin. Kadang-kadang berok yang goyangkan dahan.

"Jaga mulut kita dan jaga-jaga dengan mulut orang ..."

Wow! Dalam maksud ....

1 ulasan:

Tanpa Nama berkata...


Wei PAS, TIDOQ KE?

Sarawak Report wishes to correct statements by the Malaysian political party PAS, claiming that they are pursuing legal action against this site in the UK.

Yesterday, the Deputy President of the party was again extensively reported as saying that this was the case as he railed against a former member of the party, who has spoken of a certain sum of money that he alleges was transferred to PAS via Afin Bank:

“Deputy President Tuan Ibrahim Tuan Man has vehemently denied the allegations made by Husam [Musa].

“This malicious slander follows those made by Sarawak Report, which is now the subject of legal action.

“PAS will take legal action against him (Husam Musa) just like we did against the Sarawak Report,” he said on his Facebook page. [365 News]

As of this date we can confirm that the PAS Party has not initiated any legal action against Sarawak Report.

Two months ago a member of the party did send a letter, written by a lawyer, claiming he had been defamed and threatening to take legal action if we did not satisfy certain demands within a week.
However, when that week expired he did not take the action he had threatened.

Paying a lawyer to write a letter is not the same as initiating legal action.  To emphasise this fact the lawyer entitled his letter as a ‘letter of claim pursuant to the pre-action protocol for defamation.

Sarawak Report is of the opinion that this individual does not have a case and neither does he embody the party PAS, which has not as an entity submitted any letters, claims or threats and would be hard-pressed to find grounds to sue under British law.  We suspect that his own lawyers have given him the same advice, which would explain his failure to file a writ.

Two months on, we assume he chickened out.

Therefore, members of PAS, who continue to publicly claim that there is legal action underway against Sarawak Report in the UK, should consider the penalty for telling lies under the Hudud Law they are seeking to introduce and mind their accuracy.

They should also consider the cost of initiating a libel case in the UK, which can run into millions of ringgit, because their membership will surely want to know where they got that money?